Serba Serbi Retinol

Shaffa Tasyani
7 min readFeb 16, 2021

--

Kalau ngikutin tren skincare atau tren di beauty industry itu memang nggak ada abisnya. Setiap waktu pasti akan ada tren skincare yang marak di pasaran dan bikin kita, atau gw, yang sejatinya memang tertarik dengan bidang ini ikut terpapar dengan informasi-informasi baru. Salah satunya adalah retinol.

Gw bingung gambarnya apaan. Photo by Jocelyn Morales on Unsplash

Oke, mungkin maraknya retinol juga nggak bisa dibilang baru ya. Retinol tuh kandungan skincare yang udah lama ada di pasaran. Tapi di Indonesia sendiri baru-baru ini banyak brand lokal yang memproduksi skincare berbahan dasar retinol. Lalu banyak influencer yang mulai mengulas produk retinol lokal sambil mengedukasi audiensnya, apa sih retinol itu? Kandungan apalagi sih ini?

Gw pribadi tahu retinol udah cukup lama. Awalnya, gw mengenal retinol itu sebagai kandungan anti aging. Karena pada saat itu gw merasa belum butuh pakai skincare kandungan anti aging, jadinya gw nggak terlalu pay attention sama retinol. Di tambah pada saat itu skincare retinol belum terlalu marak di pasar Indonesia, jadinya gw cuma sekadar tahu aja.

Terus apakah sekarang gw butuh skincare anti aging, makanya bahas retinol?

Sebenernya nggak juga sih. Gw ngebahas serba serbi retinol karena murni dari hasil keingintahuan gw juga. Gw pun sampai sekarang juga belum pakai retinol, gw masih banyak pertimbangan dan baca riset sana sini. Sebenarnya gw butuh nggak sih pakai retinol? Dan kalaupun butuh, sebenarnya kapan gw perlu pakai retinol?

Okeh, sebelumnya biar afdol kita selipin dulu pengertian retinol. Retinol itu molekul vitamin A yang ada di bawah payung retinoid. Nah, kenapa retinol itu dikhususkan untuk perawatan anti aging? Karena semakin berumur, kita semakin kehilangan kandungan vitamin A di wajah. Retinol bisa dijadikan alternatif untuk mengisi kekurangan itu.

Jenis-jenis Retinoid. Source: Healthline

Retinol itu salah satu “anak” turunan Retinoid. Retinoid kebetulan anaknya banyak beb, dari yang bisa lo temuin di pasar (OTC/on the counter) sampe yang perlu resep dokter juga ada. Retinol sendiri terhitung sebagai kandungan yang paling ringan di antara semua saudara-saudaranya.

Menariknya, beredar informasi di media sosial kalau retinol bahkan bisa mengatasi jerawat, membantu memudarkan bekasnya, bahkan mengontrol produksi sebum di wajah. Waaah.. Menarik sekali kan bundaaa?

Maksudnya tea tree. Ini mah daun teh puncak yak :(( Photo by Rashid Grey on Unsplash

Setelah baca ulasan influencers, beberapa dari mereka memang menggunakan retinol sebagai alternatif perawatan jerawat. Biasanya urusan perawatan jerawat mengandalkan BHA, kayak salicylic acid, benzoyl peroxide, tea tree, dan temen-temennya yang lain. Nah, karena retinol sudah mulai marak di pasar Indonesia, mulailah banyak yang menimbang-nimbang apakah aku harus coba juga yah pakai retinol buat ngilangin jerawat??

Satu hal yang perlu diklarifikasi dulu: klaim retinol yang bisa mengatasi jerawat itu bener. Bukan hoax. Bahkan produk turunan retinoid pertama, Retin-A, digunakan sebagai perawatan jerawat di tahun 1970an. Penelitian tentang retinoid dan anak-anaknya juga sudah banyak dilakukan dan banyak yang membuktikan kalau retinol memang ampuh untuk mengatasi jerawat.

Jadi sejauh ini, kita udah ngumpulin manfaat retinol yang bisa dibilang cukup banyak

  1. Anti aging: memperbaiki tekstur wajah, menyamarkan kerutan, meningkatkan produksi kolagen dan elastisitas kulit.
  2. Mengatasi jerawat: Retinol adalah kandungan yang bisa mengatasi empat penyebab jerawat; bakteri P. acnes, inflamasi, produksi minyak berlebih, dan keratinization (penumpukan sel kulit mati).

Kayaknya udah nggak ada alesan lagi buat nggak nyobain retinol, ya kan?

But here’s a thing: salah satu hal yang masih gw jadikan pertimbangan buat menggunakan retinol adalah gw butuh atau nggak. Karena tanpa kita sadari, dengan tren skincare yang terus menerus berkembang juga bikin kita pengen terus ikut-ikutan. Mengesampingkan fakta kalau sebenarnya nggak pake pun juga nggak apa-apa. Your skin will do just fine.

Yes Ron tell ’em. Source: Google

Kayak misalnya gw. Muka gw itu berminyak dan acne prone. Selama ini gw mengandalkan BHA & niacinamide buat acne treatment. Awalnya gw mulai pake BHA dengan persentase kecil, sampai sekarang muka gw perlu kandungan BHA di atas 1% kalau mau bekerja secara efektif. Sejauh ini permasalahan jerawat di muka gw masih bisa teratasi dengan menggunakan BHA. Makanya untuk sekarang, gw merasa belum sebutuh itu menggunakan retinol.

Gimana kalau buat anti aging nya? Nah, retinol itu bisa mulai digunakan di usia 20-an. Jadi lo nggak perlu nunggu muncul tanda-tanda penuaan terus baru pakai retinol. Memanfaatkan retinol sebagai upaya pencegahan pun bisa. Tapi menurut gw mau menggunakan produk kandungan anti aging di usia berapa itu relatif. Setiap orang pasti punya preferensinya masing-masing. Setiap orang pasti punya gambaran “transisi” penuaannya masing-masing. Kalau buat gw, mungkin gw baru akan pakai produk anti aging di usia pertengahan 20. Pencegahan bisa dimulai di usia 25 tahun ke atas. Kalau sekarang, gw masih belum merasa butuh.

“nngg pakai retinol nggak yah?” Souce: Google

Terus apakah menggunakan retinol itu salah? Ya nggak dong neng cantik. Menggunakan produk apapun itu, mau kandungan retinol, AHA, BHA, niacinamide, centella asiatica, dan teman-teman lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan wajah. Kalau nggak butuh, ya nggak usah. Kalau lo udah cocok dengan kandungan A yang terbukti bisa mengatasi skin concern lo, ya udah rutin pakai itu aja dulu.

Tapi kalau lo emang mau pakai kandungan lain karena siapa tau hasilnya lebih nampooolll gitu kan, ya nggak masalah juga. Keputusan tetap berada di tanganmu, adinda. Tapi perlu dipertimbangkan dengan matang yah, karena kalau sudah menemukan yang jelas cocok, ngapain ganti-ganti?~

Terus gimana kalau belum butuh tapi pengen coba pake kak??? Soookkkk atuhlah coba kalau memang mau. Asal nggak sayang uwitnyah :’’)

Okehhhh balik ke pembahasan tentang retinol. Walaupun belum ada niat untuk pakai dalam waktu dekat, gw tetep meluangkan waktu buat baca-baca biar nanti pas mau pakai, gw udah nggak kebingungan lagi. Terus gw menemukan insight menarik tentang mitos-mitos retinol yang sering beredar. Anjay. Mantep nggak tuh.

Mitos pertama: retinol bikin muka semakin tipis dan jadi sensitif sama matahari!!1!!1

Under the sunlight~ Photo by Jared Rice on Unsplash

Ternyata, neng-neng cantik semua, bukan seperti itu cara kerjanya. Kalau kamu pakai retinol, kamu harus wajib kudu pakai sunscreen di pagi hari. Tapi bukan karena kulit situ semakin tipis setipis kertas HVS; tapi karena retinol rusak kalau kena sinar matahari, membuatnya jadi nggak stabil dan nggak bisa bekerja secara efektif. Ini juga yang menjadi alasan kenapa retinol baiknya dipakai malam hari sadja~

Terus urusan apakah retinol bisa bikin kulit semakin tipis. Ternyata kulit menipis adalah salah satu tanda-tanda penuaan beb. Mungkin retinol dirasa seperti membuat kulit semakin tipis karena efek samping penggunaan retinol adalah pengelupasan. Setelah mengelupas kulit berasa jadi terkikis gitu kali ya, jadi kayaknya semakin sensitif. Tapi ternyata itu hanyalah miskonsepsi sadja~

Mitos kedua: retinoid mengeksfoliasi kulit

Maksudnya vitamin A. Photo by Alexander Andrews on Unsplash

Ini gw juga baru tahu. Karena retinoid itu turunan vitamin A, jadi retinoid dan anak-anaknya masuk ke dalam kategori antioksidan. Kenapa dibilang retinoid itu bisa mengeksfoliasi kulit, karena efek sampingnya yang bikin kulit mengelupas dan flaky dilihat sebagai cara retinoid bekerja untuk menghilangkan sel kulit mati. Padahal, retinoid nggak punya kemampuan untuk membersihkan atau melarutkan sel kulit mati dengan sendirinya. Pengelupasan terjadi sebagai bentuk penyesuaian kulit dengan penggunaan retinol — jadi bukan eksfoliasi — sampai muka jadi terbiasa.

Mitos ketiga: semakin tinggi persentase, semakin makjosssss

Persentase yang kita semua sukai. Photo by Artem Beliaikin on Unsplash

Ini juga persepsi yang juga salah kaprah. Menggunakan retinol dengan persentase yang tinggi nggak bikin muka langsung mirip Song Hye Kyo dalam sekejap. Justru syok yang ada. Start low and slow. Mulai dari persentase kecil, dan frekuensi pemakaian perlahan-lahan. Misalnya seminggu sekali atau dua kali dulu. Test drive dulu ibaratnya beb. Jangan ujug-ujug pake retinol persentase tinggi, makenya tiap hari pula. Udah syok bisa kejang-kejang sekalian tu muka.

Menurut gw miskonsepsi persentase tinggi itu juga berlaku ke produk acid lainnya. Apalagi kalau baru mulai pakai, penting banget untuk build up tolerance terlebih dahulu. Kalau mulai pelan-pelan dengan konsistensi yang mild, muka juga nggak langsung kaget. Semisal dengan persentase kecil pun dirasa terus memberikan efek yang signifikan, nggak masalah juga untuk pakai persentase kecil terus menerus. Yang paling penting adalah proses, hasil, dan kenyamanannya.

Satu hal tambahan untuk mempersiapkan diri sebelum menggunakan retinol adalah basic skincare sudah harus paten. Basic skincare sudah harus kuat, kokoh, dan bisa diandalkan di kala wajah sedang rewel-rewelnya. Sejauh gw membaca ulasan banyak yang bilang penggunaan retinol pertama kali punya kemungkinan yang cukup besar untuk purging. Nah, untuk menyeimbangkan penggunaan retinol, basic skincare sangat sangat diperlukan. Misal muka iritasi, butuh penenang (udah kyk apaan aje), atau bahkan breakout, basic skincare jadi penyelamatnya.

Jadi, kalau basic skincare aja belum bener dan masih bolong-bolong, jangan lompat kemana-mana dulu. Perkuat fondasi baru tambahin bangunannya. Olrait lediiyyyss?

*NB: sebenarnya mitos tentang retinol disebutin ada 13 biji, tapi gw persingkat xixixix. Yang mau baca lebih lengkap klik sini yah!

--

--

Shaffa Tasyani

Content writer. Definitely enjoys writing; mostly about skincare stuff and the digital industry. Hope it doesn’t bore you!